KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang SEJARAH DAN PROSES
TURUNNYA AL-QURAN dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah dan proses turunnya al-quran. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah dan proses turunnya al-quran. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Gorontalo, April
2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak
sekali berbagai pendapat mengenai Al-Qur’an baik dari pengertian, perkembangan
serta penulisan Al-Qur’an. Selain itu juga, masih banyak dari kalangan orang
muslim yang belum mengerti dan paham mengenai Al-Qur’an. Maka dari itu beberapa
ahli membuat suatu kesepakatan mengenai ilmu (pembahasan) yang berkaitan dengan
Al-Qur’an yang dinamakan dengan Ulumul Quran.
Dari
segi turunnya Al-Qur’an dan penulisan Al-Qur’an terdapat pula beberapa
perbedaan pendapat para ahli. Adapun perbedaan itu dari segi pengertian
Al-Qur’an, sejarah turunnya Al-Qur’an, penulisan serta rasm Al-Qur’an dan
sebagainya. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan pada bab berikutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Turunnya Al-Qur'an
Di bulan suci Ramadhan, seperti
biasa setiap malamnya saya melaksanakan shalat tarawih di mesjid Al-Ikhlas yang
berada tidak jauh dari rumah. Malam itu, ustadz yang mengisi kultum di mesjid
tersebut menceritakan tentang asal mula turunnya Al Quran. Posting berikut ini
adalah sedikit resume yang saya buat setelah mendapatkan kultum dari Ustadz
tersebut.Di bulan suci Ramadhan, seperti biasa setiap malamnya saya
melaksanakan shalat tarawih di mesjid Al-Ikhlas yang berada tidak jauh dari
rumah. Malam itu, ustadz yang mengisi kultum di mesjid tersebut menceritakan
tentang asal mula turunnya Al Quran. Posting berikut ini adalah sedikit resume
yang saya buat setelah mendapatkan kultum dari Ustadz tersebut.
Al-Quran diturunkan oleh Allah
kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al Quran terdiri
dari 30 Juz, 6666 ayat, 114 surah dan diturunkan setahap demi setahap selama
kurang lebih dua puluh tiga tahun. Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad
dengan tiga cara, yaitu pertama malaikat Jibril turun dalam wujud manusianya
dan membacakan ayat-ayat Al Quran kepada nabi Muhammad, kemudian beliau
mengikutinya. Kedua, adalah Al Quran turun tanpa perantara malaikat Jibril,
sehingga tiba-tiba saja ayat-ayat Al Quran tersebut muncul dalam pikiran nabi
Muhammad dan yang ketiga adalah Al Quran turun dengan didahului terdengarnya
suara gemerincing lonceng yang sangat kuat. Cara terakhir adalah cara yang
dirasa nabi Muhammad sangat berat saat menerima wahyu Allah SWT.
Al Quran yang telah diturunkan ini
kemudian diajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabat nabi terlebih dahulu
sebelum akhirnya disyiarkan secara terang-terangan kepada masyarakat luas. Pada
awalnya Al Quran ini hanya dituliskan pada media seadanya saja seperti kulit
unta, tulang binatang dan lain-lain, mengingat pada zaman itu belum ditemukan
manfaat kertas sebagai media untuk menuliskan Al Quran. Pada zaman nabi
Muhammad, Al Quran tidak diperbolehkan untuk ditulis, melainkan hanya
dihafalkan saja di luar kepala baik oleh nabi Muhammad maupun
sahabat-sahabatnya. Sementara itu, untuk menjaga kemurnian Al Quran, setiap
malam di bulan Ramadhan malaikat Jibril turun ke bumi dan membacakan ayat-ayat
Al Quran tersebut dan nabi Muhammad mendengarkannya dengan seksama. Nabi
Muhammad sendiri melarang penulisan Al Quran ini dalam media apapun dalam satu
kesatuan. Setelah nabi Muhammad meninggal dunia, tongkat kepemimpinan Islam
diberikan kepada kalifah Abu Bakar As syidiq. Pada masa kepemimpinan Abu Bakar
ini, orang-orang Islam yang tipis imannya mulai banyak yang meninggalkan Islam.
Mereka meninggalkan semua perintah-perintah Allah seperti shalat, puasa dan
zakat. Selain itu, bermunculan pula nabi-nabi palsu yaitu orang-orang yang
mengaku sebagai penerus nabi Muhammad.
Kembali lagi ke zaman Kalifah Abu
Bakar, dengan munculnya nabi-nabi palsu ini, maka Kalifah Abu Bakar kemudian
memerintahkan para sahabat untuk memerangi nabi-nabi palsu dan umat Islam yang
tipis imannya itu. Sayangnya, banyak sahabat nabi yang hafal Al Quran dalam
rangka menegakkan agama Islam kemudian berguguran satu demi satu. Melihat hal
ini, kemudian Umar bin Khatab menyarankan kepada Kalifah Abu Bakar untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran dan
menuliskannya menjadi satu kitab saja. Awalnya, ide ini ditentang oleh Kalifah
Abu Bakar, karena menurut beliau nabi Muhammad sendiri yang melarang penulisan
ayat-ayat Al Quran tersebut, namun setelah melalui perdebatan panjang dan demi
menegakkan agama Islam, akhirnya Kalifah Abu Bakar pun mengalah. Setelah itu,
dibentuklah panitia pengumpulan dan penulisan Al-Quran tersebut. Ayat-ayat Al Quran itu kemudian
dikumpulkan dan ditulis ulang oleh Zaid bin Tsabit. Pada masa Kalifah Umar bin
Khatab, kitab Al Quran hanya berjumlah lima buah dan disimpan di lima tempat
yang berbeda antara lain, Mekkah, Basrah, Madinah, dan disimpan oleh Kalifah
Umar sendiri.
Pada era kepemimpinan Utsman bin
Affan, beliau berhasil menaklukkan Syria yang terlebih dahulu sudah mengenal
kertas sebagai media untuk menulis. “Teknologi baru“ ini kemudian dimanfaatkan
untuk memperbanyak kitab Al Quran. Akibatnya, sekarang semua orang dapat
membaca, mengkaji dan memperdalam Al Quran dimanapun dan kapanpun juga. Bahkan,
pada zaman sekarang Al Quran diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dengan
tentu saja tetap menuliskan ayat-ayat asli Al Quran yang masih berbahasa Arab,
sehingga kemurnian Al Quran Insya Allah masih terjaga kemurniannya bahkan
sampai sekarang sekalipun. Terjemahan yang ada dalam Al Quran ini semata-mata
hanya untuk mempermudah umat Islam untuk mempelajari Al Quran.
Al Quran diturunkan oleh Allah
kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al Quran terdiri
dari 30 Juz, 6666 ayat, 114 surah dan diturunkan setahap demi setahap selama
kurang lebih dua puluh tiga tahun. Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad
dengan tiga cara, yaitu pertama malaikat Jibril turun dalam wujud manusianya
dan membacakan ayat-ayat Al Quran kepada nabi Muhammad, kemudian beliau
mengikutinya. Kedua, adalah Al Quran turun tanpa perantara malaikat Jibril,
sehingga tiba-tiba saja ayat-ayat Al Quran tersebut muncul dalam pikiran nabi
Muhammad dan yang ketiga adalah Al Quran turun dengan didahului terdengarnya
suara gemerincing lonceng yang sangat kuat. Cara terakhir adalah cara yang
dirasa nabi Muhammad sangat berat saat menerima wahyu Allah SWT. Al Quran yang
telah diturunkan ini kemudian diajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabat
nabi terlebih dahulu sebelum akhirnya disyiarkan secara terang-terangan kepada
masyarakat luas. Pada awalnya Al Quran ini hanya dituliskan pada media seadanya
saja seperti kulit unta, tulang binatang dan lain-lain, mengingat pada zaman
itu belum ditemukan manfaat kertas sebagai media untuk menuliskan Al Quran.
Pada zaman nabi Muhammad, Al Quran
tidak diperbolehkan untuk ditulis, melainkan hanya dihafalkan saja di luar
kepala baik oleh nabi Muhammad maupun sahabat-sahabatnya. Sementara itu, untuk
menjaga kemurnian Al Quran, setiap malam di bulan Ramadhan malaikat Jibril
turun ke bumi dan membacakan ayat-ayat Al Quran tersebut dan nabi Muhammad
mendengarkannya dengan seksama. Nabi Muhammad sendiri melarang penulisan Al
Quran ini dalam media apapun dalam satu kesatuan. Setelah nabi Muhammad
meninggal dunia, tongkat kepemimpinan Islam diberikan kepada kalifah Abu Bakar
As syidiq. Pada masa kepemimpinan Abu Bakar ini, orang-orang Islam yang tipis
imannya mulai banyak yang meninggalkan Islam. Mereka meninggalkan semua
perintah-perintah Allah seperti shalat, puasa dan zakat. Selain itu,
bermunculan pula nabi-nabi palsu yaitu orang-orang yang mengaku sebagai penerus
nabi Muhammad. Kembali lagi ke zaman Kalifah Abu Bakar, dengan munculnya
nabi-nabi palsu ini, maka Kalifah Abu Bakar kemudian memerintahkan para sahabat
untuk memerangi nabi-nabi palsu dan umat Islam yang tipis imannya itu.
Sayangnya, banyak sahabat nabi yang hafal Al Quran dalam rangka menegakkan
agama Islam kemudian berguguran satu demi satu.
Melihat hal ini, kemudian Umar bin
Khatab menyarankan kepada Kalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al
Quran dan menuliskannya menjadi satu kitab saja. Awalnya, ide ini ditentang
oleh Kalifah Abu Bakar, karena menurut beliau nabi Muhammad sendiri yang
melarang penulisan ayat-ayat Al Quran tersebut, namun setelah melalui
perdebatan panjang dan demi menegakkan agama Islam, akhirnya Kalifah Abu Bakar
pun mengalah. Setelah itu, dibentuklah panitia pengumpulan dan penulisan Al
Quran tersebut. Ayat-ayat Al Quran itu kemudian dikumpulkan dan ditulis ulang
oleh Zaid bin Tsabit. Pada masa Kalifah Umar bin Khatab, kitab Al Quran hanya
berjumlah lima buah dan disimpan di lima tempat yang berbeda antara lain,
Mekkah, Basrah, Madinah, dan disimpan oleh Kalifah Umar sendiri.
Pada era kepemimpinan Utsman bin
Affan, beliau berhasil menaklukkan Syria yang terlebih dahulu sudah mengenal
kertas sebagai media untuk menulis. “Teknologi baru“ ini kemudian dimanfaatkan
untuk memperbanyak kitab Al Quran. Akibatnya, sekarang semua orang dapat
membaca, mengkaji dan memperdalam Al Quran dimanapun dan kapanpun juga. Bahkan,
pada zaman sekarang Al Quran diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dengan
tentu saja tetap menuliskan ayat-ayat asli Al Quran yang masih berbahasa Arab,
sehingga kemurnian Al Quran Insya Allah masih terjaga kemurniannya bahkan
sampai sekarang sekalipun. Terjemahan yang ada dalam Al Quran ini semata-mata
hanya untuk mempermudah umat Islam untuk mempelajari Al Quran
B.
Tahap-tahap dan
Proses Turunnya Al-quran
1.
Tahapan Turunnya Al-Quran
Adapun tahap tahap turunya al-qur’an
ada 3 tahap, yaitu :
a.
Tahap pertama (
At-Tanazzulul Awwalu )
Al-Qur’an
diturunkan atau ditempatkan di Lauh Mahfudh, yakni suatu tempat di mana manusia
tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam
QS Al-Buruj : 21-22.
Artinya
: Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia, yang
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Penjelasan
mengenai sejak kapan Al-Qur’an ditempatkan di Lauh Mahfudh, dan bagaimana
caranya adalah merupakan hal-hal gaib yang menjadi bagian keimanan dan tidak
ada yang mampu mengetahuinya selain dari Allah swt. Dalam konteks ini Al-Qur’an
diturunkan secara sekaligus maupun secara keseluruhan. Hal ini di dasarkan pada
dua argumentasi.
Pertama:
Karena lahirnya nash pada ayat 21-22 surah al-Buruj tersebut tidak menunjukkan
arti berangsur-angsur. Kedua: karena rahasia/hikmah diturunkannya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur tidak cocok untuk tanazul tahap pertama tersebut.
Dengan demikian turunnnya Al-Qur’an pada tahap awal, yaitu di Lauh Fahfudz
dapat dikatakan secara sekaligus dan tidak berangsur-angsur.
2.
Tahap kedua
(At-Tanazzulu Ats-Tsani)
Al-Qur’an
turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul `Izzah di Sama’ al-Dunya (langit dunia),
yakni setelah Al-Qur’an berada di Lauh Mahfudh, kitab Al-Qur’an itu turun ke
Baitul `Izzah di langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini. Banyak
isyarat maupun penjelasannya dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW. antara lain sebagai berikut
dalam Surat Ad-Dukhan ayat 1-6
Artinya:
Ha-Mim. Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,
(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang
mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Ad-Dukhan 1-6).
Hadis
riwayat Hakim dari Sa`id Ibn Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad saw
bersabda: Al-Qur’an itu dipisahkan dari pembuatannya lalu diletakkan di Baitul
Izzah dari langit dunia, kemudian mulailah Malaikat Jibril menurunkannya kepada
Nabi Muhammad saw.
Hadis
riwayat al-Nasa’i, Hakim dan Baihaki dari Ibnu Abbas ra. Beliau berkata:
Al-Qur’an itu diturunkan secara sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar,
kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit selama duapuluh tahun.
3.
Tahap ketiga
(At-Tanazzulu Ats-tsaalistu)
Al-Qur’an
turun dari Baitul-Izzah di langit dunia langsung kepada Nabi Muhammad
SAW., yakni setelah wahyu Kitab Al-Qur’an itu pertama kalinya di tempatkan
di Lauh Mahfudh, lalu keduanya diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia,
kemudian pada tahap ketiga Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad
saw dengan melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dalam hal ini antara lain
tersebut dalam QS Asy-Syu`ara’ : 193-194, Al-Furqan :32 sebagai berikut:
Artinya
: Ia (Al-Qur’an) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan (Asy-Syu`ara’: 193-194).
Artinya
: Berkatalah orang-orang kafir, mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja. Demikianlah supaya Kami perbuat hatimu dengannya
dan Kami (menurunkan) dan membacakannya kelompok demi kelompok (Al-Furqan ayat
32).
As-Suyûthi berdasarkan tiga laporan dari Abdullâh bin
‘Abbâs, dalam riwayat al-Hakim, al-Bayhaqi dan an-Nasa’i, telah menyatakan,
bahwa al-Qur’an telah diturunkan melalui dua tahap:
-
Dari Lawh al-Mahfûdl ke Bayt al-‘Izzah (langit
dunia yang paling rendah) secara keseluruhan dan turun sekaligus, yang terjadi
pada malam Qadar (Laylah al-Qadar).
-
Dari Bayt al-‘Izzah ke dalam hati
Rasulullah saw. Secara bertahap selama 23 tahun kenabian Muhammad saw. Adapun
yang pertama kali diturunkan terjadi di bulan Ramadhan, melalui malaikat Jibril
as.
2. Proses Turunnya Al-Quran
Dalam proses pewahyuannya terdapat
beberapa cara untuk menyampaikan wahyu yang dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad, diantaranya :
Pertama: Turunnya wahyu kepada beliau seperti suara
lonceng (kesamaan dalam kerasnya suara-ed), dan cara ini adalah cara yang
paling berat bagi Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah, dari ‘Aisyah radhiyallahu
'anha bahwasanya al-Harits bin Hisyamradhiyallahu 'anhu bertanya kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata: ”Wahai Rasulullah,
bagaimana wahyu turun kepada anda?” Maka Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: ”Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti
suara lonceng, dan itu adalah yang paling berat bagiku. Kemudian ia terhenti
sedangkan aku sudah memahami apa yang Jibril katakan.”
’Aisyah
radhiyallahu 'anha berkata: ”Dan sungguh
aku telah melihat wahyu itu turun kepada beliau (Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam) pada hari yang sangat dingin, lalu wahyu itu terhenti sementara
keringat telah mengalir di dahi beliau.”
Kedua: Dan terkadang wahyu turun dalam bentuk seorang
laki-laki yang menyampaikan Kalamullah kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, sebagaimana hadits
yang lalu dalam shahih al-Bukhari. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah
ditanya tentang tata cara turun wahyu, maka beliau menjawab: ”Dan
terkadang Malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu ia
berbicara kepadaku dan kemudian aku memahami apa yang dia katakan.”
Karena
sesungguhnya Malaikat telah menjelma menjadi sosok lelaki dalam bentuk yang
beraneka macam, dan tidak ada yang terluput darinya apa yang dibawa oleh
Malaikat pembawa wahyu tersebut. Sebagaimana dalam kisah datangnya Malaikat
dalam rupa Dihyah al-Kalbi, atau seorang Arab badui dan dalam bentuk yang
lainnya. Dan semuanya tercatat dalam kitab Shahih.
Ketiga: Dan terkadang wahyu turun dengan cara Allah
berbicara langsung kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan
terjaga (tidak tidur), sebagaimana dalam hadits Isra’ Mi’raj yang panjang, yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukahari, dan di dalamnya disebutkan: ”Ketika
aku lewat, ada penyeru yang berkata:”Aku telah berlakukan kewajibanku dan telah
aku ringankan atas hamba-hambaku.”
Hal
yang paling penting dalam pembahasan ini yang wajib diyakini dan diimani adalah
bahwa Jibril 'alaihissalam turun membawa al-Qur’an dengan lafazh al-Qur’an dari
awal surat al-Fatihah sampai akhir surat an-Naas, dan bahwa lafazh-lafazh
tersebut adalah Kalamullah (firman Allah), tidak ada campurtangan Jibril
'alaihissalam, dan juga tidak ada campurtangan Nabishallallahu 'alaihi wasallam
dalam pembuatan dan penyusunannya, akan tetapi semuanya adalah dari sisi Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: ”
(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi
Mahatahu.” (QS. Hud: 1).
Maka
semua lafazh al-Qur’an baik yang tertulis maupun yang dibaca semuanya dari sisi
Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan peran Jibril 'alaihissalam tidak lain hanyalah
sebagai pembawa wahyu saja kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan
tidak pula peran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melainkan hanyalah
memahami, menghafal dan menyampaikannya saja. Kemudian menjelaskan dan
mengamalkannya. AllahSubhanahu wa Ta'ala berfirman: ”
Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam,
dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS.
Asy-Syu’araa’: 192-194). Maka yang
berbicara adalah Allah, yang membawa (menyampaikan) adalah Jibril'alaihissalam
dan yang menerima adalah Rasul Rabb semesta alam.
BAB
III
KESIMPULAN
Al-Qur’an
adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara
berangsur-angsur. Ketikan wahyu turun, Nabi selalu menyuruh para sekretarisnya
untuk menulisnya baik di daun-daun, pelepah kurma, tulang-tulang dan lain
sebagainya. Setelah Nabi wafat, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit dan
kawan-kawannya agar mengumpulkan suhuf-suhuf Al-Qur’an untuk dijadikan sebuah
mushaf. Dan pada masa Usman bin Affan mushaf itu disalin atau diperbanyak dan
diletakkan di beberap pusat kota kekuasaan Islam untuk mempersatukan lahjah
(logat) umat islam dalam membaca Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.zulfanafdhilla.com/2014/10/tahap-tahap-dan-proses-turunnya-al.html
http://coretanbinderhijau.blogspot.com/2013/04/proses-turunnya-al-quran.html
https://andiriyanto.wordpress.com/makalah/sejarah-turunnya-al-quran/
Sebab turunya Al-Qur'an itu beda-beda per surat, bahkan per ayat, misalnya ayat tentang kewajiban berjilbab:
BalasHapusAsbabun Nuzul Surat Al-Ahzab Ayat 59 Tentang Wajibnya Berhijab